Connect with us

Berita Jawa Barat

IWO Indonesia Kota Bandung Mesti Menjadi Pembuat Sejarah Sebagai Jurnalis Terpercaya

Published

on

TalkShow IWO Indonesia Kota Bandung

Bandung, www.indomedia24.com – Pelantikan DPD IWO Indonesia Kota Bandung, berlangsung penuh dengan semangat Metallica. Pada kesempatan pertama membuka Talk Show bertajuk “Kaleidoskop 2022 Kekerasan Terhadap Wartawan”. Saat nara sumber Sachrial, memulai materi diskusi dengan menyetel lagu Metallica “notting else matter”. Para audiene penuh gelora mendengar musik cadas tersebut.

Sachrial memberikan alasan lagu ini sebenarnya yang pas dengan kehidupan Wartawan/Jurnalis. Liriknya penuh makna. Lagu Metallica ini sangat sesuai dan relevan dengan profesi Wartawan, dan konteknya nyambung dengan organisasi wartawan dan media massa.

Lirik “Everyday for us something new.Open mind for a different view” itulah clue-nya,” setiap hari bagi kita adalah sesuatu yang baru. Membuka pikiran untuk pandangan yang berbeda.

Eleanor Roosevelta dan Bilo Keane mengatakan, kemarin adalah sejarah, besok adalah misteri dan hari ini adalah hadiah dari Tuhan.

Jurnalis terkenal The Washington Post Phil-G pun mengatakan jurnalis sebagai “First rugi draga of history” “Bahan baku utama draft sebuah sejarah”. Pekerjaan jurnalis adalah merekam peristiwa penting, menghasilkan artikel, berita dengan tenggat waktu singkat, dalam situasi dibawah tekanan untuk yang pertama menulis tentang peristiwa itu. “As the first” itulah yang kemudian menjadi sejarah, menjadi awal dari peristiwa.

Selanjutnya kata jurnalis dekat dengan kata “Press” itu artinya menunjuk arti “tekan menekan” Sementara kata “news” yang berarti berita. News lah yang membuat new-new semakin banyak.

Ringkasnya, jurnalis sangat dekat kata “press” dan “news” suatu profesi yang sangat dekat dengan “tekan menekan” dan kata “new” sesuatu yang baru.

Journalist is Press, itu sudah bawaan dari sananya harus diterima dan harus dihadapi. Koran harian pertama “The Times” di London terbit pertama 1 januari 1785, sakitar 237 tahun koran itu masih bertengger. John Walter sebagai pendirinya kehidupannya penuh terjal karena kesungguhan dan keyakinan yang dia miliki dia hadapi jeruji pada tahun 1789 divonis 1 tahun. Beliau tak gentar dengan jeruji hingga akhirnya vonisnya ditambah 2 tahun. Pasal yang dikenakannya adalah pasal pencemaran nama baik. Tak tanggung yang dicemarkannya Panggeran Frederik Augustus anak kedua dari Raja Inggris Goerge III yang pada saat itu sang Panggeran jabatannya sebagai Panglima Militer, sahabat Napoleon dalam menjajah benua afrika. Bayangkan jurnalis pendiri koran pertama masuk penjara di-presskan oleh sang Panglima. Lantas setelah keluar penjara apakah langsung kapok? Tidak…dia semakin menggila.Karena apa? Karena keyakinan dan kesungguhan. Sampai kini Koran itu tetap berjaya.

Di Indonesia kita punya contoh yang sama seperti John Walter, beliau adalah Alm.Buya Hamka tulisan-tulisan tajam. Kendati pernah dipenjarakan pada rezim Soekarno, diakhir hayatnya Soekarno meminta Buya Hamka untuk mensholatkannya. Sebuah contoh pembuktian bahwa apa yang ditulisnya bukanlah sesuatu yang subjektif berdasar kebencian tapi demi amar ma’ruf nahi munkar. Tulisan beliau tajam seperti pedang beliau pun masuk penjara tapi tak membuat dendam dan kendor dalam menulis dan menekan dan membuat sesuatu yang baru. Bahkan beliau mensyaratkan pemimpin itu harus bisa menulis seperti wartawan dan berpidato seperti orator. Karya-karya beliau tidak mati,  terus hidup, scriftnya tetap permanent.

Berkait tajuk, Kaleidoskop 2022 “Kekerasan Terhadap  Wartawan” di Indonesia, tidak ditemukan. Tetapi yang ditemukan release yang disampaikan rekan-rekan PEC (Press Emblem Campaign) menurutnya.

Tahun 2022, di seluruh dunia, jurnalis yang menjadi korban meninggal dunia dalam menjalankan tugasnya tercatat ada 115 orang.

Amerika Latin 39 orang, 17 Mexico, Ukrania 34 orang, 8 orang jurnalis abong, Asia 30 orang, Afrika 7 orang, Amerika Utara 2 orang dan Eropa 2 orang.

Sementara rekor tertinggi kriminalisasi jurnalis yang dipenjara dari 533 di RRC ada sakitar 110 orang. Modus standarnya perilaku standart partai komunis, hobinya memanjarakan orang, memberangus yang berbeda.

Maka, karena kita hidup di Indonesia yang berdasar pada Ideologi Pancasila tentu akan jauh dari itu. Semua telah diatur oleh Dewan Pers tentang penanganan kasus kekerasan terhadap Wartawan, kemudian ada MoU Dewan Pers dan Kapolri 16/3/2022 soal penanganan tindak pidana, serta MoU Dewan Pers-Kompolnas 3/2/2021 soal indikasi kriminalisasi.

Jadi kita tak perlu khawatir atas segala kriminalisasi dan kekerasan terhadap Wartawan ada aturan yang melindungi kerja-kerja wartawan. Maka wadah IWO Indonesia adalah sebagai ruang dan benteng kita semua dari upaya segala kekerasan yang akan ditujukan pada insan press. Lagian negara kita bukan negara komunis RRC,walau kereta dan infrastrukturnya telah masuk secara masif pada relung-relung dan nadi-nadi kita. Insya Allah ada IWOI yang akan selalu šetia pada NKRI dan Pancasila. Tegas Sachrial selaku Dewan Pembina DPP IWO Indonesia mengakhiri paparanya.

Setelah selesai Talk Show yang dihadiri dari Kesbangpol Kota Bandung, Bimas Kapolres Bandung, Sekretaris IWOI Jabar, dan Ketua IWOI Karawang. Dilanjutkan dengan acara pelantikan.

Imam Sya’fei sebagai Ketua DPD IWO Indonesia, sah telah dilantik Ketum IWO Indonesia. NR.Icang Rahadian, pada sambutannya mengatakan DPD IWO Indonesia Kota Bandung akan membuat sejarah pada keberlangsungan IWO Indonesia di Bandung menjadi jurnalis terpercaya. Setia pada Pancasila adalah harga yang tak bisa ditawar-tawar, untuk šetiap jurnalis terpercaya yang tergabung bersama IWOI.

Sementara Ketua terpilih Imam Sya’fei mengatakan IWO Indonesia adalah wadah berhimpun untuk para wartawan, memperjuangkan kesejahteraan, melindungi wartawan, dan memerangi berita hoax, pungkasnya. (*/Red.Indomed)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *